Selasa, 24 November 2015

GIANT SEA WALL JAKARTA

Hasil gambar untuk artikel giant sea wall

     Pada kali ini saya akan membahas tentang Giant Sea Wall di Jakarta. Giant Sea Wall ini merupakan salah satu mega proyek  pembangunan tanggul laut di bagian utara Jakarta yang diusulkan oleh mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo. Proyek ini dibangun dengan beberapa manfaat.
Manfaat dari Giant Sea Wall di Jakarta
Bentuk dari mega proyek pembangunan Giant Sea Wall di Jakarta ini direncanakan mirip burung Garuda yang sedang mengepakkan sayap.
Ririncian bentuk dari Giant Sea Wall di Jakarta
     Dalam proses pembangunan mega proyek ini dibutuhkan waktu paling cepat selesai pada tahun 2022 atau paling lambat tahun 2030. Dalam proses pembanguannya pun memerlukan beberapa tahapan.

Tahap Pembangunan Giant Sea Wall di Jakarta
     Dalam pembangunan proyek ini pun memiliki pro dan kontra tersendiri. Menurut Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), tanggul laut raksasa bukan jawaban masalah Jakarta. Sebaliknya, tanggul ini berpotensi membawa banyak masalah baru. Menurut Muslim jika alasannya mengatasi banjir rob, yang dibutuhkan adalah tanggul pesisir. ”Saya setuju daratan Jakarta mengalami penurunan signifikan. Karena itu, perlu ditanggul bagian pesisir yang menurun itu, selain juga perlu menanggul sungai-sungainya,” ungkapnya. Kata Muslim pembuatan tanggul laut dilakukan lebih untuk melindungi 17 pulau reklamasi. Itulah mengapa pihak swasta yang mendapat konsesi lahan reklamasi bersemangat. 

     Oleh karena itu setiap pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menanggung untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada publik karena kota dibangun untuk warga, bukan segelintir elite, seperti politisi atau pebisnis.

Tanggapan saya tentang proyek ini ,yaitu saya setuju dengan pembangunan proyek ini karena menjadi salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Jakarta. Akan tetapi lebih baik memperhitungkanya matang-matang baik secara ekonomi, lingkungan, serta dampak dari proyek itu secara jelas agar tidak ada pemikiran negatif yang mengganjal. Seperti pemikiran bahwa proyek ini akan lebih menguntungkan pihak pebisnis dari pada keuntungan bagi masyarakat.



Referensi:

  • http://news.liputan6.com/read/2153784/infografis-garuda-raksasa-di-teluk-jakarta
  • http://ncicd.com/tag/giant-sea-wall/

Rabu, 11 November 2015

RANGKUMAN DASAR-DASAR ARSITEKTUR EKOLOGIS

      Pada kali ini saya akan merangkum sebuah buku yang di tulis oleh  Heinz Frick, yaitu "DASAR-DASAR ARSITEKTUR EKOLOGI". Pada awal bab, buku ini menjelaskan tentang dasar-dasar ekologi. Ekologi biasanya diartikan dengan hal-hal yang saling mempengaruhi segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, hewan, manusia) dan lingkungannya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb.). Istilah 'ekologi' pertama kali di perkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Suatu lingkungan juga meliputi suatu ekosistem. Suatu ekosistem biasanya terdiri dari empat komponen dasar, yaitu:
  • lingkungan abiotik;
  • organisme produsen;
  • organisme konsumen; dan
  • organisme perombak.
      Disini juga menerangkan tentang aliran dalam ekosistem. Aliran disini dimaksudkan dengan daur, siklus atau peredaran. Jadi, maksud aliran dalam ekosistem ini adalah suatu daur ulang, siklus, atau peredaran yang terjadi di suatu ekosistem. Disini juga menjelaskan tentang entropi. Istilah 'entropi' diciptakan pada tahun 1865 oleh Rudolf Clausius pada ilmu termodinamika untuk menggambarkan arahnya suatu proses yang tidak dapat memutarbalikkan. Disini juga tertulis bahwa bahan bangunan harus berdasarkan arah entropi surya, perubahan (transformasi) yang dialami oleh suatu bahan bangunan tidak boleh mendahului pembaharuan/pertumbuhan kembali oleh alam, dan bahan bangunan tidak boleh mengalami perubahan (transformasi) yang mempengaruhi keseimbangan keadaan entropi.

      Suatu ekosistem juga memiliki iklim yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Ruang yang dimaksudkan disini adalah tempat iklim itu terjadi. Iklim biasanya digolongkan atas iklim makro dan iklim mikro. Suatu iklim juga dipengaruhi oleh kelembapan, angin dan gerakan udara, serta kenyamanan termal. Lalu dijelaskan pula tentang cahaya, pemanfaatan cahaya dari pembukaan atap dan dinding, perlindungan terhadap silau matahari (dengan perlindungan pembukaan dinding yang tetap dan bergerak), pengaruh cahaya pada kesehatan manusia dan pemanfaatan pencahayaan dan warna. Selain cahaya buku ini juga menerangkan tentang bunyi. Bunyi adalah sensasi akibat getaran suatu benda yang menerima gesekan dengan zat di sekitarnya yang di terima telinga. Bunyi memiliki dua macam sifat, yaitu bunyi yang diinginkan dan bunyi yang tidak diinginkan. Bunyi yang tidak diinginkan (kebisingan) dapat diatasi dengan:

       -  Menghilangkan/memindahkan sumber bising sejauh mungkin
       -  Membuat penghalang bising
       -  Memanfaatkan alat pelindung bising

Bab 2 yaitu pembangunan dan kerusakan alam. Pada bab ini menjelaskan tentang arsitektur ekologis. Arsitektur ekologis memiliki dasar pemikiran salah satunya adalah holistis.
                             
        Holistis adalah dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian. Selain itu juga membahas tentang unsur pokok eko-arsitektur dan pengaruh pencemaran pada kesehatan manusia. Unsur-unsur pokok eko-arsitektur antara lain udara, air, tanah (bumi), dan api (energi). Selain itu ada juga kemungkinan pada masa depan yang paling mempengaruhi dasar perencanaan arsitektur adalah hipotesis Gaia yang menentukan bahwa kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya, kehidupan bukan merupakan faktor penentu, melainkan sistem keseluruhan termasuk kehidupan dan lingkungan material.

       Pada bab ke-3 menjelaskan tentang jejak ekologis (ecological footprint). Dalam hal ini diadakan dua percobaan untuk menyeimbangkan ketidak seimbangan antara makhluk hidup dan lingkungan, yaitu kode etik lingkungan dan jejak ekologis. Pada etika lingkungan terdapat satu kalimat yang perekayasaannya amat berat, yaitu setiap manusia berhak melakukan  apa saja yang diinginkan selama ia mengizinkan hal yang sama kepada semua orang lain, ia memungkinkan hal yang sama kepada semua generasi yang akan datang.

      Bab selanjutnya tentang membangun untuk menghuni. Ada banyak hal yang mempengaruhi kegiatan serta hunian (rumah) pada manusia antaralain manasara dari india, primbon jawa, dan ilmu Feng-shui. Dalam membangun organisasi fungsi ruang yang harus kita pahami adalah:

    -  Kegiatan dalam ruang dan sifat ruang
    -  Fungsi dan kebutuhan atas ruang
    -  Kegiatan fungsional individual
    -  Kegiatan fungsional bersama
    -  Kegiatan Multifungsional
    -  Aturan ruang dan organisasi ruang

Di buku ini juga menjelaskan kita tentang membangun secara ekologis. Maksudnya kita diberi penjelasan mengenai pembuatan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan, tapak bangunan yang bebas dari gangguan geobiologis dan radiasi elektromagnetik, penggunaan bahan bangunan ekologis, pemanfaatan ventilasi alami dana gedung baik secara pasif dan secara aktif. 

Selasa, 03 November 2015

RANGKUMAN BUKU ARSITEKTUR LINGKUNGAN

Pada bab pendahuluan menerangkan tentang arsitektur dan hubungannya dengan lingkungan melalui pengertian arsitektur biologis. Arsitektur biologis adalah ilmu penghubung antara manusia dan lingkungan secara keseluruhan dengan fungsi penyeimbang (antara alam-manusia) agar tercipta hubungan yang harmonis antar keduanya.

Pada bab selanjutnya membahas tentang waktu. Waktu disini menjelaskan tentang sejarah(masa lalu), masasekarang dan masa depan. Dan setelah itu didalam buku menjelaskan tentang ruang. Ruang yang dibahas disini adalah alam, manusia, masyarakat dan bangunan. Yang dimaksudkan disini adalah  hubungan antara kebudayaan dengan alam, manusia, masyarakat serta bangunan.

Hal itu membuat penulisan buku dapat difokuskan pada fungsi dan data ukuran arsitektur dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan fungsi disini adalah bagaimana sebuah karya arsitektur dapat menciptakan sebuah bangunan yang menguntungkan bagi manusia dan lingkungannya. Sedangkan Data Ukuran yang dimaksud adalah bagaimana ilmu pengetahuan (khususnya dalam bidang teknik) dapat mendukung Fungsi yang ada bagi sebuah arsitektur. Banyak sekali data-data ukuran yang dijelaskan dalam buku ini, seperti misalnya :
1. Cara konstruksi bangunan
2. Energi dan Bahan bangunan
3. Penerapan Ruang dan Bentuk
4. Penyesuaian Ukuran dan Proporsi bangunan
5. Pengaruh Iklim terhadap bangunan

Penjelasan berikutnya mengenai lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan disini bukan hanya lingkungan alam saja, tetapi juga menjelaskan tentang lingkungan buatan dan lingkungan sosial ekonomi. Dan terdapat pula masalah-masalah lingkungan bagi pembangunan. Sebagai contohnya adalah menjadi berkurangnya lahan terbuka hijau (lingkungan alam), pemborosan energi dan sumber alam (lingkungan buatan) & biaya pembangunan yang terbatas (lingkungan sosial ekonomi).

Maka dari itu proses perencanaan dan perancangan bangunan yang baik harus dengan mempertimbangkan arsitektur biologiknya, dengan tujuan terciptanya keselarasan antara manusia dan lingkungannya. Didalam buku ini juga dijelaskan tentang bahan-bahan bangunan biologis. Maksudnya yaitu memanfaatkan bahan-bahan bangunan yang terbuat dari alam. Contohnya seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Selain itu di buku ini dibahas tentang tujuan perencanaan arsitektur biologis.