Lokasi : Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta, Indonesia
Arsitek : Muhammad Egha, Hezby Ryandi, Fahmy Desrizal
Tim Arsitek : Naufal Ryandi
Daerah : 2600,0 m2
Tahun proyek : 2017
Wajah baru Golkar DPD Jakarta yang merupakan revolusi partai tertua di Indonesia. Melihat kondisi yang ada, proyek ini memiliki 2 bangunan awal yang terdiri dari 1 bangunan yang berfungsi sebagai kantor, dan 1 bangunan lagi tertinggal dari tulang dan beton seperti bangunan yang baru dibangun. Arsitek harus melakukan perubahan dengan anggaran seminimal mungkin, mengingat dana partai tersebut berasal dari kolektivitas anggotanya dalam tempo yang sangat cepat, karena pada saat itu partai Golkar sedang mengejar momen pemilihan gubernur jakarta. , dimana Golkar ingin menggunakan kantor baru sebagai tempat pemilihan dimana masyarakat bisa menyaksikan penghitungan suara bersama Gubernur yang diusung oleh partai Golkar itu sendiri.
Para arsitek mencoba memulai konsep restorasi bangunan ini dengan tema utamanya adalah "Revolusi", dimana renovasi tidak hanya membentuk bangunan baru, tapi juga banyak merevolusi tingkah laku dan mental anggota partai dan masyarakat itu sendiri sebagai pengguna bangunan ini. Konsep Revolusi itu sendiri membawa 4 konsep utama sebagai dasar bangunan. Keempat konsep tersebut adalah Open and Transparency, Green Reviving, Collaborative & Community Hub, dan Raising the Nationalism.
Berawal
dari konsep Pertama, Open and Transparency bukan sekedar hiasan arsitektural,
juga akan mengubah tingkah laku orang-orang di dalamnya, dimulai dengan konsep
non-pagar, adalah konsep dimana partai ingin membuka diri terhadap Masyarakat
sehingga bahwa akan mengubah persepsi masyarakat bahwa partai tersebut tidak
segel dan membentuk eksklusivitas. Setidaknya lantai 1 sebuah bangunan
dengan total 3 lantai merupakan fasilitas umum yang bisa diakses oleh
masyarakat. Hal itu juga bisa memberi masalah di Jakarta, yaitu masyarakat
yang merasa kurang area hijau untuk bermain, dan bersosialisasi. Fasilitas
ini dilengkapi dengan taman umum, masjid, ampiteater, kebun pertanian
perkotaan, perpustakaan, serta fasilitas komersial seperti toko bunga, toko
kreatif, toko roti, minimarket, dan café sebagai fasilitas penunjang ekonomi.
Lantai 2 dan 3 penuh dengan ruang kantor di mana seluruh ruangan dibuat dengan kaca transparan yang sangat besar, jadi tidak ada ruang untuk diskusi tertutup dan tersembunyi seperti orang-orang pesta biasa. Konsep transparansi kereta api serta mengusung perilaku partai politik yang pada umumnya tertutup agar lebih terbuka dan tidak ada yang perlu disembunyikan satu sama lain. Tampilkan salah satu ruangan di kantor Golkar Jakarta, dimana setiap ruangan di sini penuh dengan kaca besar agar transparan dan bisa dipantau oleh siapa saja.
Nilai kedua adalah Green reviving, dimana solusi bone-wrap tua dengan tanaman merupakan solusi yang terasa paling efisien baik dari biaya, waktu, dan menghasilkan wajah yang lebih baik dan iklim arsitektural yang lebih baik. Tentunya cara ini bisa dilakukan tanpa mengubah bangunan tulang lama sehingga pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat. Kesan "Lively" bangunan sebelumnya yang tampak seperti berjiwa juga memberi filosofi semangat baru untuk membangun kembali sehingga semuanya akan selalu tumbuh lebih baik tanpa batas seperti sifat tanaman itu sendiri. Konsep hijau tidak hanya dari "Tanaman" tapi juga memperhatikan aspek hemat energi, dimana setiap ruang di gedung ini sangat kaya akan sinar matahari dan udara sehingga meminimalkan penggunaan AC di dalamnya.
Pemandangan bangunan Golkar Jakarta yang penuh dengan tanaman, ini selain membentuk bangunan yang lebih ramah lingkungan, juga membantu menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk untuk daerah ini. Konsep ini pada saat bersamaan membuat atmosfer mikro di lahan ini menjadi lebih dingin dan dingin, hal ini juga secara tidak langsung merevolusi perilaku masyarakat dan pihak masyarakat di Indonesia yang pada umumnya tidak menghargai tanaman dan kebun. Dengan konsep bangunan yang indah karena tanaman, tentunya membuat orang yang menggunakan bangunan ini lebih menjaga tanamannya sendiri. Tentunya kita bisa beralih ke negara-negara yang lebih maju bagaimana mereka menghargai "tanaman dan tanaman hijau" di kota mereka.
Nilai ketiga adalah Collaborative & Community Hub, konsepnya menggembirakan dengan tujuan dimana Golkar Jakarta dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa kolaborasi merupakan solusi terkuat bagi permasalahan yang ada yang dihadapi bangsa ini. Sudah tidak ada waktu lagi untuk bergerak sendiri. United, gotong royong, dan kolaborasi adalah hal-hal yang wajib di era dan zaman keterbukaan informasi dan media ini. Kami menerapkan konsep ini dari anggota partai yang paling dasar itu sendiri, dimana tidak ada ruang pribadi dan pribadi seperti "Ruang Ketua" atau "Ruang Sekretaris". Semua ruangan dibagi, bisa dibagi, dan selalu terbuka untuk siapapun yang menjadi kader Golkar. Hal ini tentu saja sangat mengubah perilaku partai / organisasi berpangkat tinggi yang umumnya secara eksklusif karena posisi yang dipegangnya.
Salah satu pandangan ruang yang mengedepankan prinsip kolaborasi, dimana Golkar Jakarta ingin menghilangkan persepsi eksklusivitas yang umumnya terjadi di lingkungan partai politik. Untuk Community Hub, kami menerapkannya dengan membuka fasilitas di lantai 1 untuk menjadi forum kegiatan bersama antara warga dan masyarakat di Jakarta yang begitu banyak masyarakat, bisa jadi ribuan. Kegiatan ini dapat ditemukan dengan amfiteater yang bisa menjadi area seminar kecil, dan acara komunitas serupa lainnya seperti talk show, pertunjukan musik, pertunjukan seni, pameran, dan lainnya. Selain amfiteater, central park juga bisa digunakan untuk berbagai acara masyarakat, mulai dari pertemuan, diskusi masyarakat, teman bermain, hingga tempat pernikahan dengan konsep pesta outdoor.
Amfiteater yang bisa difungsikan untuk berbagai acara menunjukkan bahwa bisa diprakarsai oleh masyarakat, pelajar, atau jenis asosiasi masyarakat lainnya. Nilai terakhir dan kelas 4 adalah Raising the Nationalism, dimana kita ingin menumbuhkan semangat nasionalisme yang setiap member, simpati, dan orang-orang yang datang ke kantor Golkar ini. Dimana semangat nasionalisme yang kita terapkan dalam bentuk nama setiap ruangan yang menggunakan simbol kewarganegaraan seperti Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, Sumpah Pemuda, Proklamasi, Indonesia Raya, dan nama-nama presiden yang bertugas di Indonesia mulai dari presiden pertama seperti Soekarno ke presiden yang ada seperti Joko Widodo. Konsep ini kami terapkan untuk mewujudkan harinya saat menjalankan aktivitas, mereka bisa menyebut ruangan sebagai simbol kebangsaan
Contoh penerapan "nilai" kebangsaan sebagai nama setiap ruangan, salah satu namanya adalah Pancasila dan Proklamasi, itu adalah untuk selalu mengingatkan nilai-nilai untuk setiap kader Golkar dan orang-orang yang datang ke gedung ini. Selain 4 nilai utama sebagai implementasi konsep revolusi di atas, arsitek juga menerapkan penggunaan material yang belum selesai, namun berbentuk dan dikemas secara estetika, tidak hanya untuk penghematan biaya, tapi juga mempersingkat waktu kerja. Ini menjadi solusi win-win antara tampilan, biaya, dan waktu. Arsitek juga menerapkan banyak cara-pencari sebagai rambu-rambu di setiap lantai, ruang, dan area, ini bisa membuat bangunan ini lebih.